Tradisi budaya pulau Binongko wakatobi.
Pohamba-hamba (gotong-royong) adalah bentuk kebiasaan masyarakat tomia dalam melaksanakan setiap kegiatan atau pekerjaan baik untuk pribadi maupun untuk bersama-sama. Tradisi tersebut merupakan warisan leluhur masyarakat Taipabu dari masa ke masa dan dari generasi ke generasi masih tetap dipertahankan sampai sekarang bahkan di daerah perantauanpun berada. Kegiatan Pohamba-hamba (gotong-royong) adalah pada prinsipnya merupakan gotong-royong yang berbentuk fisik dan non fisik. Dalam bentuk fisik misalnya pohamba-hamba pada masyarakat yang hanya meminta sumbangan tenaga masyarakat yang hanya meminta sumbangan tenaga masyarakat, sedangkan kegiatan pohamba-hamba yang berbentuk non fisik adalah disamping tenaga juga pengorbanan materil berupa uang atau benda untuk kepentingan umum. Tradisi Pohamba-hamba adalah perwujudan dari adat, dimana dalam usaha melestarikannya tentu memerlukan kerjasama di antara anggota-anggota masyarakat itu sendiri.
Bentuk-bentuk Pohamba-hamba (gotong-royong) yang terdapat pada masyarakat Taipabu merupakan nilai-nilai tradisi yang masih hidup dan berkembang sampai sekarang yaitu antara lain:
Kombiti adalah kerjasama atau usaha bersama dalam bidang pertanian dan usaha-usaha lain, yang nanti hasilnya menjadi milik bersama dan dibagi secara merata.
Pohamba-hamba adalah kerjasama dalam bentuk tukar menukar tenaga.
Tohamba’e adalah bantuan suka rela dari sekelompok orang kepada seseorang yang menyelesaikan pekerjaan atas darsar permintaan atau undangan dari orang yang mempunyai pekerjaan.
Hamba adalah kerjasama atau bantuan yang diberikan atas dasar kemanusiaan dalam hidup bermasyarakat. Hal ini banyak berkaitan dengan kecelakaan dan bencana yang menimpa seseorang.
Karajaa bakutii adalah kerjasama atau tolong menolong untuk kebutuhan bersama yaitu secara bersama-sama bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang sifatnya merupakan kepentingan umum. Gotong royong seperti biasany diikuti seluruh anggota masyarakat (laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak). Dalam menyelesaikan bangunan-bangunan di desa seperrti mengangkut pasir, batu, mengisi pondasi dan membersihkan lingkungan.
Bentuk-bentuk Pohamba-hamba (tolong menolong) di atas adalah merupakan suatu wujud perilaku masyarakat desa yang dilaksanakan secara turun temurun. Hal ini sangat penting dan perlu dilestarikan karena keberhasilan pembangunan turut ditentukan oleh semangat gotong royong dan kekeluargaan.
Pelaksanaan Pohamba-hamba (tolong menolong) yang berkembang di masyarakat Taipabu di antaranya:
Pengangkutan perahu ke laut
Kegiatan perkawinan
Kegiatan tende’a nusapo (pemindahan rumah panggung)
Kegiatan keagamaan (pembagian zakat fitrah, pelaksanaan qurban, membersihkan dan merawat rumah ibadah, membersihkan perkuburan umum dan merayakan hari-hari besar agama Islam seperti menyambut maulid nabi saw., isra ma’raj).:
Nilai yang terdapat pada tradisi Pohamba-hamba ialah tolong-menolong. Sebagai manusia biasa seyogianya yang tidak akan pernah terlepas dari manusia lain dalam artian bahwa manusia satu selalu memiliki kebergantungan kepada manusia lain. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam QS. Al-Maidah: 2
(((((((((((((( ((((( ((((((((( ((((((((((((( ( (((( (((((((((((( ((((( (((((((( ((((((((((((((( (
Artinya: “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.
Menurut saya tradisi Pohamba-hamba memiliki nilai yang dapat menangkal radikalisme. Nilai tersebut adalah sikap terbuka di mana pada tradisi ini selalu mengutamakan kepentingan bersama apalagi keterlibatan antara pemimpin-pemimpin pemerintahan daerah sangat memegang peranan penting dalam mengikut sertakan dirinya untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan di dalamnya.
Belum ada Komentar untuk "Tradisi budaya pulau Binongko wakatobi."
Posting Komentar