Silamabi pulau Binongko upaya menangkal radikalisme

                 (Foto bersama mahasiswa dari Wakatobi)

Silamabi III adalah Kegatan Silaturahmi Akbar Mansyarakat Binongko Yang di Laksanakan 3 Tahun Sekali dan bertempatan di kecamatan Togo Binongko. Kegiatan silamabi ini diadakan festival yang namanya festival Suwaloka. Pada dasarnya festival ini hanyalah sebuah kegiatan untuk mengingatkan kita pada kejayaan masa lalu sebagai salah satu Etnis Maritim di Nusantara yang hidup sebagai pelaut. Pulau Binongko sebagai pulau yang didominasi bebatuan, dengan kondisi tanahnya yang kurang subur dan mengeharuskan masyarakatnya untuk mencari kehidupan di daerah lain untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Kerasnya kehidupan itulah yang menjadikan masyarakat pulau Binongko terlahir sebagai pelaut ulung. Sebagian di daerah ini juga dihuni oleh masyarakat yang memegang teguh ajaran islam (yaitu mayoritas masyarakat pulau binongko beragama islam). Seprti kitab Al-qur’an yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup bagi mereka sekaligus yang menjadi sumber inspirasi untuk mengarungi samudra, yang terdapat dalam firman Allah SWT dalam surah An-Nahal:14, yang menjadi semangat spiritual mereka yang berbunyi “dan dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari laut itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai, kamu juga melihat perahu berlayar padanya, agar kamu mencari sebagian karunia-nya dan agar kamu bersyukur”. 

Sebelumnya saya akan menjelaskan makna dari Suwaloka itu sendiri
Suwaloka merupakan nama sebuah tempat yang bertempatan di popalia. Dalan bahasa Binongko suwaloka terbagi menjadi dua suku kata yaitu Sula yang berarti bakar dan Woka yang berartia jaring. Suwaloka pada masa penjejahan  jepang menjadi tempat berperangnya masyarakat Binongko, Suwaloka juga menjadi tempat berlabuhnya perahu-perahu, dan Suwaloka juga dijadikan tempat berangkat dan tibanya masyarakat Togo Binongko  dari Tanah Suci Mekah.
Festival Suwaloka merupakan antraksi laut yang berhubungan dengan masyarakat Binongko sebagai pelaut. Di dalamnya  terdapat tiga kegiatan yang sangat menarik, yaitu Bangka-Bangka, Singkalu dan Langke-Langkea’a. Kegiatan ini bertujuan  untuk mendorong  masyarakat pulau Binongko untuk menggali kembali atau melestarikan dan mengimplementasikan nilai-nilai leluhur, adat dan budaya dalam kehidupan sehari-hari. Serta mendorong lahirnya kreativitas masyarakat dan potensi  lokal,  utamanya yaitu: sumberdaya alam yang dapat dijadikan souvenir, kuliner, dan sebagainya. Pada hakikatnya, Bangka-Bangka, Singkalu dan Langke-Langka’a merupakan 3  kesatuan yang tidak  dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat pelaut Binongko.
Penjelasan Tentang Bangka-Bangka, Singkalu, dan Langke-Langke’a
Bangka-Bangka merupakan suatu permainan tradisional masyarakat Binongko yang melibatkan anak-anak dan orang dewasa. Bangka-Bangka merupakan permainan miniatur kapal layar yang dibuat semirip mungkin dengan bangka atau kapal layar yang sesungguhnya. Kapal layar dalam bahasa lokal disebut Bangka, sedangkan miniatur kapal layar dalam bahasa lokal disebut Bangka-Bangka, layaknya sebuah bangka yang sesungguhnya. Bangka-Bangka ini pun akan berlayar di laut, tentu saja dengan memanfaatkan  tenaga angin dan gelombang laut sebagai pendorongya. Secara tersirat, sebenarnya permainan ini merupakan proses pengkaderan  generasi muda sebelum menjadi  anak buah kapal yang sesungguhnya. Dengan melewati semua tahapan, mulai dari persiapan pembuatan bangka-bangka, mendekorasi hingga melepas bangka-bangka ke laut,  membuat seseorang dapat mengenali semua peralatan, kelengkapan kapal, serta fungsinya masing-masing sehingga memudahkan ketika kelak menjadi ABK.
Singkalu merupakan perahu-perahu atau koli-koli yang bisa dinaiki orang dewasa minimal dua orang, dan diberikan layar untuk dijadikan sarana  trasportasi laut jarak dekat. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai permainan yang menyenangkan bagi para pemuda dengan saling berlomba kecepatan dengan memanfaatkan angina laut sebagai pendorongnya.
Sedangkan Langke-Langke’a merupakan uji coba kapal setelah dibuat/ direhabilitas sebelum berlayar. Kegiatan ini diikuti seluruh kapal yang siap untuk berlayar dengan mengikutsertakan seluruh anggota keluarga dan kerabat
Nilai Ajaran Dari Cerita Silamabi III
Nilai ajaran yang bisa kita ambil dalam cerita silambi adalah silaturrahim atau yang dalam bahasa Indonesia sering dikenal  dengan silaturahmi yang dimana silaturahim sering diartikan dengan menyambung tali kasih sayang antara sesama karib kerabat, dan juga mencakup dengan  masyarakat yang lebih luas. Kemudian  dengan kita senantiasa menjalin silaturrahmi maka akan dapat memelihara hubungan yang baik antara sesama anggota keluarga maupun masyarakat luas sebab menjaga silaturrahmi juga dimaksukkan Allah SWT menjadi salah satu sifat orang-oraang yang mempunyai perangai mulia dan amal sholeh. Sehingga kita sebagai muslim  yang taat dan bertaqwa sangatlah wajib hukumnnya bagi kita untuk senantiasa menjaga tali persaudaran diantara kita umat islam karena dengan senantiasa kita menjaga silaturrahim maka juga akan mempermudah dalam memenuhi kebutuhan kita dalam kehidupan di mansyarakat.
Upaya Menangkal Radikalisme Dalam Silamabi III yaitu:
Dalam sabda Rasulullah sallallahu’alaihi wassalam.” Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim.” {HR Bukhari 5984 dan Muslim 2556}. Maka dari itu tali kekerabatan harus selalu rapat dan erat. Supaya keharmonisan hubungan keluarga tetap terjaga kuat dan hangat. 
Kesimpulan
Bahwa islam yang terdapat dalam ayat Al’quran maupun hadist Nabi yaitu sebagai sumber ajaran islam, juga telah banyak menganjurkan akan pentingnya kasih sayang terhadap sesama, serta melarang sifat yang berbau permusuhan dan pertikaian. Sehingga Allah SWT pun sangat menjunjung tinggi orang yang memiliki kasih sayang terhadap sesama, karena jika seseorang telah memiliki sifat kasih sayang terhadap sesamanya, maka Allah SWT akan mengasihinya. Adapun dengan senantiasa menyambung silaturrahmi maka kita akan memperoleh banyak manfaat diantaranya yaitu: akan mendapat rahmat, nikmat dan ihsan dari Allah SWT, masuk surga, jauh dari neraka, serta akan dilapangkan rizki dan panjang umurnya.

Aswad Attar Real Saya mengajar, saya belajar, saya menghormati

Belum ada Komentar untuk "Silamabi pulau Binongko upaya menangkal radikalisme"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel